Senin, 24 Desember 2012

mutiara yang terjatuh..

hai dedaunan yang masih sedia menyapaku di pagi ini...
hai mentari yang masih sinari pagiku..
hai kicauan burung yang tak lelah membangunkanku dari lamunan panjangku..
dan...
terimakasih yaa Allah, karena Kau masih membiarkaku menimba lebih banyak pahala..

memoles-moles muka..
berdandan dengan genit didepan kaca, berbicara sendiri, tertawa tanpa beban, bergaya seolah kita adalah ratu yang sedang mendapat tepukan kebanggaan..
dan..
"apa yang kamu lakuin sama make up ibu?, jangan maen-maen sama barang ibu, buat apa kamu dandan yang ga karuan? apa kamu kira kamu itu cantik? enggak, KAMU TU GAK CANTIK.."
terlintas, sepintas, namun jelas..
berlari mencari pelukan, berlari mencari celah sempit yang bisa ku jadikan perlindungan dari murka sang ibu..
berlari menjauhi suara yang menusuk, benar menusuk diriku...
entah sejak kapan aku bisa menangis karena sakit dalam hati, bukan sakit karena dicubit atau karena terjatuh..
dari amarah ibu, ketakutanku, dan isak tangisku..
aku belajar banyak, bahwa tak seua manusia menyukai diriku, tak semua manusia bisa menerimaku, walau itu adalah orang yang paling kita sayang..
bapak memelukku, berbisi "kamu anak bapak, qm anak cantik, baik, maafkan ibu mu yah..."
dan hingga kini, apakah kau masih akan berteriak bawa aq tak cantik? sedang aku membawa darahmu, membawa lukisan indah di wajahmu...?

anak itu tertawa, terkadang membuat kekacauan, membuat kegaduhan, membuat masalah kecil dalam istana indahmu..
dan seketika, semua terdiam sebab tangan lembutmu menoeh luka, menoreh bekas yang akan selalu tersimpan dalam hati anak itu...
tak sadarkah, apa yang ia lihat dalam wajahmu ibu? ia melihat kebencianmu pada ank itu..
ia menangis, namun bukan karena cubitan2 yan kau buat di atas kakinya..
namun ia menangis karena arti dari mata, arti dari sinar mata yang kau keluarkan..
bencikah ia pada sosok anak itu? mengapa aku? mengapa bukan adiknya? ia tak merasakan sakitnya, yang ia rasakan adalah sakit dalam hatinya, entah sang ibu menyadari atau hanya acuh..
anak itu mengurung diri, takut.. takut melihat lukisan yang terpancar dari wajah ibunya, arti sorot mata sang ibu..
ia hanya takut...
dan sang bapak tetap tersenyum, berkata "maafkan ibumu, ibumu hanya sedang tidak sadar, maafkan ya anakuu..."

dan yang berdiri sekarang adalah diriku yang tetap menyimpan luka-luka itu, masih terlihat jelas bagaimna jeritan ibu, kesal terhadap bidadari kecilnya dahulu...
yang aku pahami sekarang, yang aku tahu dari kisahku dulu..
adalah..
tak semua cerita kehidupan itu seiring dengan senyum kita, tak semua pross kehidupan itu menyenangkan, tak semua manusia menyukai diriku, hargai perasaan mereka yang memang tak menyukaimu, lakukan apa yang memang baik, walau itu tak sesuai keinginanmu, berfikirlah sedalam-dalamnya sebelum kakimu mendahului hatimu..
karena, bila kakimu jauh melangkah lebih daulu, engkau tak akan siap dengan resiko yang ada, namun bila hatimu terlebih dahulu melankah, maka resiko itu akan jauh lebih indah...

untukmu yang selalu menjadi figur hebat, ibu..
untukmu yang selalu menjadi punggungku saat aku menangis, kau sungguh hebat, terimakasih bapak..
dan untuk adek2 yang menjadi semangat ku untuk berjuang :)

Sabtu, 22 Desember 2012

potongan kecil ~

Seorang yang merasa dirinya kuat ternyata mampu jatuh dan tak bangkit lagi, ia tak mampu berdiri di atas kakinya yang dulu membuatnya bertopang dagu, menghina dan mengerdilkan orang. Ia kini hanya terbaring di atas dipan tak yang tak layak diberi lebel nyaman, yah buah dari apa yang ia perbuat..

Sebuah kehidupan yang membuat kita jatuh, dan kadang terbang tak berujung, yang terkadan membuat kita menangis tanpa sebab, dan tertawa tanpa beban. kehidupan yang kita jalani, dan yang kita nikmati, akan berujung, akan berakhir, dan akan berhenti..

Seorang ibu, tua, renta, berselimut kain berbau asam, bermotif kulitnya. Duduk di tepian jalan, menengadah tangan, berharap koin atau bahkan selembar kertas mengenai tangan kasarnya. Ia malu, sangat malu, namun hanya itu yang ia mampu, bukan meminta, namun berharap dan berdoa agar tangan diatas nya mau memberi koin-koin berkilau, satu dua koin terjatuh, sinar di tepi pipinya samar terlihat, dan sungguh bermakna, "aku masih Kau beri rizki yaa Allah"..

Seorang kakek, mengayuh sepedanya lebih kencang, dan cepat, namun tetap kalah dengan anak-anak yang tertawa riang seusai sekolah membosankan mereka. kakek tua yang berbau tanah, berkuliot coklat tua, dan kuliot yang kian mengendur, mengayuh sepedanya, berharap sampah-sampah itu masih tetap di tempatnya, berharap, ada sampah yang bisa ia jual, bahkan bisa ia pakai (lagi). hanya doa dan harap yang ia sebut, "jika hari ini adalah rizkiMu untuk ku, aku akan mendapatkannya". Benar, sampah-sampah itu masi pada tempatnya, namun sampah itu bercampur kotoran-kotoran hewan, dan bau busuk yang menyengat. dengan sabar ia memilah, dengan senyum ia bersyukur, "aku masih bisa menikmati nikmatMu yang agung, rizki Mu yang sudah Kau janjikan". ia berlalu, dengan sampah-sampah yang tak berarti untuk kehidupan kita, namun sangat berarti baginya, dan hidupnya...

Seorang anak menangis, di tepian gang, mengeluarkan ingus, berkaos jorok, beralas kaki yang tak sama, satu terlihat sangat kecil, dan satu terlihat sangat besar. Perlahan ia hiraukan suara dari dalam perut, yang menyiksanya "l;apar". Berlari ia pada tumpukan plastik terbungkus di ujung gang, terpaku pada tumpukan, melihat sekelilingnya, matanya kini tertuju pada bungkusan besar berisi roti-roti tak layak makan, tanggalnya jauh melebihi batas normal, ia benarlah tempat roti itu sekarang di tempat sampah, sang anak dengan sigap membuka bungkusan, melahapp dengan perlahan, ia rasakan nikmatnya tiap gigitan, ia menetes air mata, "yaa Allah terimakasih atas nikmatMu, aku bisa makan hari ini". Memang anak itu makan, namun ia memakan potongan yang tak layak untuk di sebut kue. potongan terakhir, tumpahlah air mata. Ia sadar apa yang ia makan, ia sadar yang ia lakukan, namun hidup adallah perjuangan keras, ia pun harus lebih keras berjuang, sendiri..

seorang ibu, berkulit hitam, berkerudung seadanya, beralas aspal, menggendong anak yang tak terurus, kurus, pandangannya kosong. wanita itu berjalan dari jendela bergerak, ke jendela bergerak lainnya, menyodorkan toples plastik hasil penemuannya d bantaran sungai. ia meminta, memohon, beri aku logam bercahayamu, beri aku kertas-bernilaimu, aku ingin membeli sesuap nasi untuk bayiku. aku tak meminta untukku, karena aku bisa memakan dari sisa kalian, aq akan memakan butiran nasi yang terjatuh dari meja kalian, hanya saja aku meminta agar anakku makan sesuatu yang bisa membuatnya bertahan dari kejamnya kehidupan, sebutir logam mengisi toples wanita hitam itu. berucaplah ia dalam hati "terimakasih atas rezki Mu, yang kau kirim melalui nya, Kau maha mengetahui, balaslah kebaikannya". ia berlalu, dengan bayi yang tertidur karena tak ada yang bisa ia tertawakan, tak ada yang bisa ia lihat, selain muka ibunya yang penuh harapan, dan doa.

kita memang hanya melihat mereka, kita memang tidak merasakan yang mereka rasakan. Kita yang tak harus seperti mereka hanya untuk sesuap nasi, kita yang hanya duduk dan di layani, mengapa sesah sekali untuk berterimakasih pada Dia yang telah menurunkan nikmat yang tak terhitung tak terbatas..
mengapa masih sangat sombongnya kita akan tiap sesuatu yang kita dapat...
tak selamanya takdir berpihak pada kita...

Rabu, 05 Desember 2012

de film~

selamat malam semua..
ahh, rasanya ingin merebahkan badan ini di tempat ternyaman, kasur..
selamat malam kota tercinta,  Solo...

aku tahu, bahwa tak ada yang bisa mngubah sebuah takdir yang beribu-ribu tahun telah tertulis di buku besar,,
namun apakah salah bila kita berusaha untuk menggapai takdir dengan cara kita..
cara yang membuat kita puas saat menggapainya, ahh andai dan terus berandai...

~mengapa hanya ada kata trimakasih saat kau berhasil hidup untuk kedua kalinya, saat kau diselamatkan dari manusia besar yang serakah, dan engkau malah mencari tempat berlindung untuk mu, padahal disini engkau tumbuh dan tak ada yang rela meninggalkan tempat itu, arriety~

~mengapa semua ceerita berakhir sama, bahagia, sedangkan kisah nyata di luar layar berbalik menyedihkan. kita harus menerima kenyataan bahwa dunia tak selalu bersama kita, bahwa ada saatnya kita harus menerima perih, pedih, da kejamnya dunia, mengapa harus tersenyum pada ending cerita, padahal ending kisah di luar kotak itu jauh membutuhkan air mata duka~wedding dress

~mengapa kebanyakan mata hanya melihat pada sisi depan, tanpa ia mau sedikit menggerakkan kepala, menengok kebelakang. memahami dengan hati dan otaknya, apakah yang ada di kepala seseorang yang sedang ia curigai. apakah layak bagi kita sesama manusia yang membawa dosa untuk mengupat manusia lain, padahal kita tak ada yang tahu, apakah dosa yang ia pikul sama besarnya dengan dosa yang ia jinjing. tak semua yang jelek itu buruk~my true friends

~mengapa hanya mereka yang memiliki segalanya yang selalu menjadi pusat, sedangkan yang menjadi pusatpun memiliki sisi hitam yang sangat buruk. mengapa hanya mereka yang didengar, sedangkan mereka yang tak memiliki dunia tak pernah dilirik, padahal mereka memiliki sesuatu yang lain, selain dunia, dan tak ada yang menyadari, jangan berbangga dengan apa yang kau punya, tanpa mau berbagi dan tersenyum ramah kepada sesama, tanpa mau bertoleransi, saat semua menghilang dan menjauh kau akan mencari serpihan itu, dan yang di sayangkan serpihan itu berada di tangan dan mata-mata mereka yang tak menginginkan duniamu~beastly

dan, aku mewakili semua hari yang ku sia-sia kan hanya untuk membayangkan kesemuan yang kau bayangkan, dan nyatanya janjimu tak pernah dattang..
~semoga kau bahagia dengan wanita yang kau impikan~