Minggu, 22 Mei 2016

A to Z

Teruntukmu yang sudah nyaman dengan gelap.
Kapan kau akan mencoba berjalan dalam terang?

Apakah terlalu malu dan takut untuk terlihat atau bahkan dilihat?
Apakah kau tak berbangga dan bahagia dengan sosokmu sendiri?

Sudah, sekian.

Selasa, 17 Mei 2016

Pagi Kelabu

Pagi yang tidak lagi buta, sudah berwarna, tidak perlu indah, yang jelas berwarna.
Separuh kisah ku di ujung Indonesia sana, menambah kisah abu-abuku..

Dia bercerita, tak lagi ku dengarkan ceritanya, tangisnya melebihi kisahnya.
Jangan menjerit, ku mohon, kita memiliki kisah yang sama, tapi ku pernah menjerit di depanmu, dan kau terdiam, kemudian menyediakan bahu.
Tapi untuk sekarang, jangan menangis kawan, ku tak bisa menyediakan bahu, hanya telinga, dan itu hanya sebagai pereda, bukan obat.

Lelaki yang baru ia kenal, yang membuatnya begitu nyaman untuk pertama kali, untuk sekian lama.
Lelaki itu menanamkan rindu dan kasih, lalu membuatnya terjatuh sedalam-dalamnya di jurang sesal.

Jangan menangis ka, ku kenal dirimu, kau kuat, lebih kuat dari ku...

Selasa, 10 Mei 2016

PADAM

Kami, aku dan sahabatku...
Bersama sedang merangkai harap yang kami sendiri tahu bagaimana akhir dari harap yang kami rangkai...

Namun, harapannya masihlah sama, sahabatku masih merankai harap bersama dengan hujan yang sahabatku sendiri paham bahwa hujan tak pernah merindukan pelangi, sedetikpun.

Rangkaian harapku kini pun tak lagi hujan, hanya ingin angin sepoi ditiap senyumku.

Sahabat, ku tau, hujanmu masih sangat nyaman dan sejuk sepertinya. Sudahkah kau temukan badainya? semoga sebelum badainya datang, kau sudah paham bahwa hujan tak selalu berakhir pelangi.

Sahabat, ku bersamamu.