Selasa, 26 Mei 2015

Menutup Mata, Hati, dan telinga

Kini bukan lagi bulan, minggu, atau bahkan jam yang ku temui..
namun detik...

Detik-detik di mana mereka menyelesaikan sebuah perjuangan, detik di mana mereka mampu meluluhkan hati pembimbing, detik di mana mereka membuat surat ijin lapangan...
Sedangkan aku sudah berkutik dengan itu semua, namun mengambang..

Aku bahkan belum mampu menyesuaikan diri dengan pembimbing, belum mampu memahami alur pikirannya, belum mampu membuatnya tersenyum meski hanya ujung bibir saja. tugas lapangan pun belum mampu ku selesaikan, detik di mana ku mulai tertahan, tak sanggup lagi melangkah, ingin berhenti saja,

Aku lihat mereka tersenyum sangat lebar, sangat bersemangat menjemput huruf-huruf dan kebebasan, aku serasa tak bersemangat, mereka satu persatu membuka pintu kebebasan, mereka sangat mudah melangkah, jalan mereka begitu mulus, tanpa tekanan, tanpa hambatan, meraka masih bisa tertawa, melangkah riang dengan indahnya, mereka masih bisa menikmati pagi dengan batal dan selimut, mereka bisa nikmat menikmati malam dengan kopi dan aromanya, dan jalan mereka begitu mudah...
aku iri, sangat iri...
aku tidak ingin kembali ke belakang, namun juga tak mampu lagi berjalan, detik-detik di mana semangatku memudar, gugur, tak lagi tertanam..

Kini, tutuplah matamu, telingamu, dan hatimu...