Kamis, 17 Agustus 2017

Si Ingus Bening

Kemudian dia duduk terdiam di deretan bangku yang berada di dalam kereta bergerak maju dengan suara khasnya.

Dia melihat ke jendela, membuka kenangannya yang tak ingin dibukanya kembali, ingin ditutupnya dan terus melihat jauh kedepan.

Dulu, dia tidak pernah merasakan bungkusan yang dipajang di klontong.
Dulu, dia tidak boleh bermain di luar.
Dulu, dia tidak berkulit putih.

Dan dia tidak mau kembali, saat semua orang merindukan kembali.


Rabu, 09 Agustus 2017

Mendengar, Mengurai, Mengerti, kemudian Memahami


Di masa sekarang, sungguh sangat banyak kejadian yang membuat mata tak berkedip. Heran, takjub, dan tak masuk diakal.
Memang ini masuk bidangku, namun aku tidak terjun di dalamnya. Aku hanya pengamat dan menyampaikan apa yang pernah ku pelajari, dan ku tahu.

Mengapa terjadi?
Banyak yang menganggap bahwa anak melakukan kesalahan, sampai pada tahap menghilangkan kehidupan orang lain adalah kesalahannya. Benar, memang itu jelas salahnya, dan dia harus diberi pengertian tegas tentang itu, sesuai dengan taraf usia dan bagaimana metode yang sesuai di usianya.

Mengapa dia bisa melakukannya?
Dia mungkin saja tega, sengaja, dan kesal. Namun, apakah dia sadar yang dilakukannya akan berkibat jauh ke depan, apakah dia tau bagian mana yang bila terkena benda tajam akan sangat berbahaya, apakah dia tau cara kerja bagian badan yang sebenarnya, apakah dia tau bagian badan yang dimiliki tidak ada gantinya, apakah dia lebih sering melihat diberi yang bukan sesuai umurnya,

Mengapa dia tega melukai?
Apakah dia diajarkan bagaimana menyayangi dan disayangi, apakah dia diberi contoh tentang melindungi dan terlindungi, apakah dia diberi bekal untuk selalu menjadi pelindung orang lain, meminta dan memaafkan orang lain, apakah dia selalu diajarkan nilai mengenai benar-salah dengan tegas, apakah dia selalu dibimbing untuk menjadi baik, tidak hanya terbaik,

Kemudian terjadilah, dan semua mulai bergeming sendiri.

Kitalah yang membuatnya mampu melakukan.