Senin, 21 Maret 2016

Ilalang lebih riang.

Sungguh bahagianyabila mendengar sahabatku melepas masa sendirinya..
Sungguh bahagianya mendengar sahabatku menjadi wanita seutuhnya, yang akan merasakan rahimnya yang akan terisi janin, merawatnya tanpa tau bagaimana rupanya..
dan sungguh lebih bahagia ketika bayi itu mulai tertawa, memanggil mereka umi...


lalu, aku masih sendiri dengan kesibukan yang hanya menjadi kamuflase hidupku.
membuka mata dengan bantal disampingku, tersenyum kepada tanaman yang kutanam di depan jendela kamar, mengucap selamat pagi pada "goal life" ku...
dan menutup mata dengan keadaan yang sama, bantal disampingku.

terkadang merasa hampa, dan terkadang merasa bahagia.
menunggu ternyata semenyakitkan itu,

dan ku lihat ilalang di ujung halaman, ia bergoyang dengan riang.

Selangkah Lebih Berat

Masih teringat bagaimana perjuanganku seorang diri yang duduk termenung menunggu sosok yang memasuki lorong panjang...

Masih teringat ketika sebait dua bait bahkan puluhan frase ia cercakan kepadaku, diam termenung yang bisa ku perbuat "jangan memperburuk keadaan, jangan" bisikku pada hati yang ingin berteriak "sudah selesai?"

Masih ingat bagaimana kaki ini ku paksa melangkah meski tak sanggup lagi ia menopang beban beratku, dan juga beban moral yang ada.

Masih ku ingat bagaimana pandanganku tertuju pada hamparan sawah, kosong menatap tanpa tau mau ke mana diriku, tanganku penuh dengan tumpukan kertas putih, tasku berisi buku tebal, kepalaku berisi permohonan agar dimudahkan, bibirku penuh berisi bisikan agar aku tetap kuat, walau sendiri, lagi-lagi kakiku yang tetap berdiri tegak, iri ku dengannya yang masih mau menopang semuanya, padahal itu bukan tanggung jawabnya.

Masih ku teringat akan kecamuk hati yang mengatakan "menyerahlah menyerahlah menyerahlah" dan kesombongan diriku yang tetap teguh "aku bisa" dan nyatanya aku bisa, dengan terbata dan dengan jutaan tetes air mata,

Masih ku mengingat 5 hari penuh tekanan, batas akhir pengumpulan berkas, batas akhir membayar SPP, batas akhir kesempatan, dan beberapa batas akhir yang lain. penuh batas akhir. penuh tuntutan, penuh perjuangan, lagilagi, sendiri.

dan itu semua kini menjadi kenangan, bahwa ku bisa, meski sendiri.